foto: bertha/GARASIhealth
Jakarta, GARASIhealth - Hasil pemeriksaan IgG positif menunjukkan adanya riwayat Cytomegalovirus yang sudah berlangsung selama beberapa waktu. Tetapi ahli mikrobiologi dari Universitas Gadjah Mada memastikan ini bukan harga mati.
Ditegaskan dr Ludhang Pradipta Rizki, M.Biotech, SpMK, jika sudah dipastikan dengan pemeriksaan yang ada, 'bakat' Cytomegalovirus yang ada dalam tubuh masih bisa teratasi, atau dicegah agar tidak menimbulkan bahaya saat kekebalan menurun.
Ini juga berlaku untuk virus lain yang masih satu kelompok dengan Cytomegalovirus, yaitu yang biasa disingkat TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalovirus, dan herpes).
"Buktinya, ada pasien yang kena rubella namun pas kehamilan kedua, karena dia preventif sekali, dia melakukan skrining, rubellanya dia terapi, dia menjaga pola hidup, tidak stres, tidak capek, dia fit, alhamdulillah anak keduanya nggak masalah," paparnya saat berbincang dengan GARASIhealth beberapa waktu lalu.
Untuk itu, selama ini pemeriksaan hanya ditekankan pada kasus-kasus yang sifatnya mempunyai indikasi saja, misal kehamilan pertama yang bermasalah atau yang bersangkutan mempunyai potensi di lingkungannya seperti pada kasus toksoplasma.
"Pada kasus tertentu, orang yang punya CMV itu mengeluh pusing atau demam. Tapi pusingnya tidak khas, artinya tidak berputar seperti vertigo, bukan pusing sebelah seperti migrain, bukan pusing di tengkuk seperti hipertensi, atau pusing karena sering di depan komputer tetapi berat dan kambuhan, maka itu ada kemungkinan CMV. Tapi ada juga yang tanpa demam," urai dr Ludhang.
Kedua, dengan melakukan tindakan sederhana seperti menjaga kebersihan, mencuci alat makan dan minum yang dipakai dengan baik, termasuk membiasakan cuci tangan, penularan Cytomegalovirus atau CMV ini sudah bisa ditekan semaksimal mungkin.
Terkait popularitas CMV yang tergolong rendah, dr Ludhang berpendapat keberadaan virus ini sebenarnya bukanlah hal yang perlu ditakuti.
"Takutnya malah parno. Sama kayak Zika, waktu Thailand bilang ada mikrosefali di negaranya, tapi dia sendiri juga nggak clear itu memang warga dia atau darimana. Karena virusnya sendiri kan berbeda antara yang di Asia dengan yang di Amerika Latin," terangnya.
Fokus tentang awareness atau peningkatan kesadaran yang diperlukan untuk mencegah potensi CMV baiknya bukan pada virus itu sendiri, melainkan bagaimana seseorang menyiapkan kehamilannya dengan baik.
"Nggak perlu dibesar-besarkan. Cuma ya harus tahu ada lho risiko penyakit-penyakit khusus selama hamil. Salah satunya HIV, CMV, rubella, Zika, tokso," pesan staf pengajar Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada tersebut.
Di antara sekian virus tersebut, diakui dr Ludhang, CMV dan rubella merupakan yang cukup sulit ditangani mengingat virusnya bukan berupa makhluk hidup melainkan partikel protein jika berada di luar tubuh.
"Namun jika partikel itu masuk ke inti sel atau tubuh kita, dia baru mempunyai karakteristik seperti makhluk hidup. Begitu dihirup, dia bisa masuk ke dalam tubuh dalam hitungan detik dan virusnya akan nempel pada sel tubuh kita," ucapnya.
CMV sendiri tidak tinggal menetap di lokasi tertentu di dalam tubuh, tetapi di dalam sel darah putih dan mengikuti aliran darah. Itulah sebabnya CMV dapat menular dengan mudah dari ibu ke janin sebab distribusinya memang lewat pembuluh darah.
SUMBER: WWW.GARASIGAMING.COM
No comments:
Post a Comment