Monday, July 10, 2017

Waspadai bakteri pada botol minum anda, berikut penjelasan dan solusinya

Hati-Hati, Banyak Bakteri pada Botol Minum Anda



foto: bertha/GARASIhealth

GARASIhealth - Anda termasuk orang yang mengkampanyekan cinta lingkungan dan rela pergi ke mana-mana dengan menjinjing botol minum isi ulang? Mungkin, kini saatnya Anda memilah jenis botol minum yang dipakai. Sebab beberapa jenis botol minuman memiliki kadar bakteri lebih banyak dibandingkan dudukan toilet di rumah Anda.


Berdasar data dari Beverage Marketing Corporation & International Bottled Water Association, Indonesia termasuk lima besar negara penyumbang sampah botol plastik terbesar di dunia dengan jumlah 4,82 miliar botol. Lima peringkat itu berturut-turut diduduki oleh China, Amerika Serikat, Meksiko, Indonesia, dan Brazil.


Sebelumnya, Jenna Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia, Amerika Serikat, dalam jurnal Science tahun 2015 membeberkan hasil penelitiannya mengenai jumlah sampah plastik yang berakhir ke laut. Dari estimasi total 275 juta metrik ton (MT) sampah plastik produksi 192 negara di seluruh dunia pada tahun 2010, diperkirakan terdapat 4,8-2,7 juta MT masuk ke lautan lepas.


Dari jumlah tersebut, Indonesia menjadi peringkat kedua negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia yaitu sebesar 3,2 juta ton. Tiongkok menempati urutan pertama sebesar 8,8 juta ton dan disusul Filipina di peringkat ketiga sebesar 1,9 juta ton.


Semenjak Indonesia terus-terusan masuk dalam jajaran negara dengan penyumbang sampah plastik terbesar di dunia, aktivis lingkungan pun berlomba mengampanyekan untuk menghemat penggunaan kemasan plastik, termasuk botol minum.


Namun, hati-hati. Sadar kesehatan lingkungan bukan berarti boleh mengabaikan kesehatan diri sendiri. Penggunaan botol minum isi ulang malah bisa membawa berbagai kuman penyakit dan berdampak buruk bagi kesehatan. Hal ini terbukti dari hasil pengujian laboratorium yang dilakukan di EmLab P & K terhadap empat jenis botol air isi ulang.


Mereka melakukan pengujian jumlah bakteri yang menempel pada jenis botol berbentuk tutup-ulir (screw-top), tutup-tarik (slide-top), tutup-remas (squeeze-top), dan tutup-sedotan (straw-top). Pengujian dilakukan sebanyak tiga botol dari masing-masing jenis botol. Setiap botol menerima satu kali sekaan mulut dari seorang atlet dan digunakan dalam waktu seminggu tanpa pencucian.


Dari pengujian 12 buah botol tersebut, ditemukan rata-rata jumlah sel bakteri yang mengkhawatirkan melebihi 300.000 colony-forming unit (CFU/cm2). Jumlah ini lebih banyak dibandingkan jumlah bakteri pada mainan anjing, yakni sejumlah 2.937 CFU/cm2.


Jenis botol tutup-tarik, yang paling efisien karena pemakainya tinggal menggeser tombol untuk mengeluarkan sedotan, memiliki jumlah bakteri paling banyak. Jika Anda orang yang gemar menggunakan botol jenis ini, sebaiknya segera ganti dengan jenis botol lainnya.


Sebab, dalam sekali sedot, ada rata-rata 900.000 CFU/cm2 bakteri yang menempel pada botol jenis ini ke bibir Anda. Sementara itu, jenis botol tutup-pencet yang cara minumnya ditenggak dari tube memiliki jumlah bakteri 162.000 CFU/cm2. Untuk jenis botol tutup-ulir yang berbentuk tutup lepas-pasang memiliki jumlah bakteri hampir mencapai 160.000 CFU/cm2.


Terakhir, jenis botol tutup-sedotan merupakan jenis yang paling sedikit mengandung bakteri dibandingkan jenis botol lainnya, yakni sebanyak 25.400 CFU/cm2. Sebab, air sisa minum di jenis botol ini lebih banyak kembali ke dasar botol ketimbang tercecer di sekitar botol. Jika terjadi hal kedua, daerah sekitar botol menjadi lembab sehingga bakteri menempel. Namun, harap diingat.


Walau botol tutup-sedotan relatif paling bersih, jumlah bakteri pada botol jenis ini juga hanya 2 CFU/cm2 lebih rendah dibandingkan jumlah bakteri pada dudukan toilet.

Solusi

Hasil pengujian juga menyatakan terdapat lebih 60 persen kuman pada botol isi ulang merupakan sumber penyakit. Bahkan 99 persen bakteri pada botol tutup-remas dan 98 persen bakteri yang ada di botol tutup-ulir merupakan jenis bakteri gram-negatif. Jenis bakteri ini salah satu contohnya adalah E. coli yang bisa menyebabkan kondisi seperti pneumonia, keracunan darah, meningitis, dan melawan kinerja antibiotik.


Melihat banyaknya jumlah bakteri pada botol air isi ulang, perlu bagi Anda untuk menyeleksi jenis botol mana yang harus digunakan. Bagi kalian yang sudah memulai diet botol plastik sekali pakai, tidak perlu menghentikan kampanye tersebut.


Jika selama ini menggunakan jenis botol tutup-tarik, tutup-remas, dan tutup-ulir, segera beralihlah ke model tutup-sedotan untuk mengurangi jumlah kuman berbahaya yang menempel di botol. Atau, lebih baik lagi jika Anda memilih jenis botol stainless steel dibandingkan botol plastik.


Sebab, stainless steel terbuat dari bijih besi, silikon, krom, karbon, nikel, mangan dan nitrogen yang resisten terhadap pertumbuhan bakteri. Untuk mengurangi perkembangan bakteri, ada baiknya juga tidak meletakkan botol di celah-celah yang sulit dicapai. Jangan lupa pula untuk mencuci botol minum secara teratur, setiap hari. Tentu saja mencucinya juga harus dengan benar: disikat hingga ke lekuk-lekuk tutup botol.

No comments:

Post a Comment

Penyebab Lutut Sakit Saat Ditekuk

Jakarta, GarasiHealth - Banyak aktivitas yang berkaitan dengan menekuk lutut, misalnya saja mengambil barang yang terjatuh. Namun, saat...