foto: bertha/GARASIhealth
Ternate,GARASIhealth - Kusta adalah salah satu penyakit tropis terabaikan yang masih ada di Indonesia. Penyakit kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi dan kulit manusia, dan bisa menimbulkan kecacatan jika tak diobati.
Kecacatan inilah yang membuat tingginya stigma negatif terhadap pasien kusta dan orang yang pernah mengalami kusta. Karena kecacatan tersebut, pasien kusta dan orang yang pernah mengalami kusta disebut sebagai pendosa yang mendapat kutukan atau hukuman dari Tuhan.
Dalam kunjungannya ke provinsi Maluku Utara baru-baru ini, Duta WHO untuk Eliminasi Penyakit Kusta, Yohei Sasakawa, mengatakan stigma negatif terhadap pasien dan orang yang pernah mengalami kusta berasal dari pemahaman yang salah. Pemahaman yang salah ini muncul akibat kurangnya informasi soal penyakit kusta.
"Kusta adalah penyakit, bukan karena kutukan. Banyak dari orang yang pernah mengalami kusta sudah sembuh 100 persen dan tidak ada lagi bakteri di tubuhnya, tapi dikucilkan karena kecacatannya. Ini tidak boleh terjadi," ungkap Sasakawa dalam advokasi kepada Wakil Gubernur Provinsi Maluku Utara, Nasir Thaib.
Sasakawa juga mengatakan perlu adanya dukungan pemerintah daerah terhadap upaya pengentasan kusta. Dengan komitmen dari kepala daerah dan pemerintah daerah, ditunjang dengan dukungan dari pemerintah pusat, proses pengayaan informasi untuk masyarakat soal kusta akan maksimal.
Dalam dialognya dengan Sasakawa dan perwakilan Kementerian Kesehatan RI, Nasir mengakui memang masih ada masyarakat Maluku Utara yang menganggap kusta sebagai kutukan, teluh atau akibat ilmu hitam. Pemahaman ini menurutnya tidak hanya dimiliki oleh masyarakat menengah ke bawah, namun juga masyarakat berpendidikan tinggi.
"Kusta ini masih dianggap sebagai kutukan, atau penyakit keturunan, bahkan penyakit kiriman dukun. Tentunya kita lewat dinas kesehatan selalu menganggarkan upaya pemeriksaan dini dan juga pemberian informasi ke masyarakat," ungkap Nasir.
"Masalahnya untuk anggaran provinsi ini kan harus lewat DPRD. Tapi ini di DPRD juga masih ada yang menyebut ini kutukan atau keturunan sehingga akhirnya kusta kurang mendapat perhatian dari sisi anggaran," tambahnya lagi.
Nasir juga mengapresiasi perhatian dan bantuan yang diberikan oleh Sasakawa melalui The Nippon Foundation. Ke depannya, ia berharap agar perhatian dan bantuan dari internasional mampu membangkitkan semangat para tenaga kesehatan di Maluku Utara untuk menemukan kasus kusta baru dan memberikan penanganan yang tepat.
SUMBER: WWW.GARASIGAMING.COM
No comments:
Post a Comment